Nasionalisme Zaman Now: Menyentuh Hati Siswa Lewat Dunia Mereka
- Citra Alam
- 5 jam yang lalu
- 2 menit membaca
Nasionalisme bukan hanya tentang upacara bendera, lagu kebangsaan, atau hafalan nama-nama pahlawan. Di era digital saat ini — yang disebut juga sebagai “zaman now” — nasionalisme harus dikemas dengan cara yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Generasi muda saat ini tumbuh di tengah teknologi, media sosial, dan budaya global yang cepat berubah. Lalu, bagaimana kita bisa menyentuh hati mereka dan menumbuhkan rasa cinta tanah air di dunia mereka sendiri?
1. Membawa Nilai Kebangsaan ke Ranah Digital
Generasi sekarang lebih banyak berinteraksi di ruang digital — TikTok, Instagram, YouTube, dan platform lain adalah bagian besar dari kehidupan mereka. Maka, mengapa tidak membangun nasionalisme lewat konten digital?
Misalnya:
Video kreatif tentang kisah perjuangan pahlawan.
Reels edukatif tentang makna Pancasila.
Challenge di TikTok bertema budaya Indonesia atau “Gue Bangga Jadi Anak Indonesia”.
Nasionalisme zaman now harus bisa tampil di feed mereka, bukan hanya di ruang kelas.
2. Mengaitkan Nilai Kebangsaan dengan Kehidupan Nyata
Bagi siswa, nasionalisme akan terasa relevan jika dikaitkan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya:
Menumbuhkan semangat gotong royong saat kerja kelompok.
Menghargai keberagaman saat bermain dengan teman dari latar belakang berbeda.
Mencintai produk lokal saat memilih jajanan di kantin.
Nasionalisme bukan sekadar simbol, tapi aksi nyata yang dekat dengan keseharian mereka.
3. Edukasi Lewat Pengalaman, Bukan Hanya Ceramah
Siswa zaman now menyukai pengalaman nyata dan pembelajaran yang seru. Oleh karena itu, metode pembelajaran aktif seperti Napak Tilas Kebangsaan, outing class ke situs sejarah, atau game edukatif bertema Indonesia jauh lebih efektif untuk membentuk kecintaan terhadap bangsa.
Di tempat seperti Citra Alam, siswa tidak hanya diajak belajar sejarah, tapi merasakan dan menghidupi nilai-nilai kebangsaan melalui kegiatan menyenangkan. Inilah cara yang paling menyentuh hati — bukan dipaksa mencintai, tapi diajak memahami dan mengalami langsung makna nasionalisme.
4. Jadikan Budaya Lokal Sebagai Identitas yang Dibanggakan
Tari tradisional, musik daerah, makanan khas, dan permainan rakyat — semua itu adalah kekayaan yang bisa memperkuat jati diri generasi muda. Sayangnya, budaya ini sering kalah pamor dengan tren global.
Dengan cara yang kreatif, siswa bisa dilibatkan untuk:
Membuat konten tentang budaya lokal.
Mengikuti pelatihan seni budaya seperti membuat angklung atau wayang.
Menggelar festival budaya di sekolah.
Budaya kita tidak akan punah jika generasi muda dilibatkan untuk merawat dan membanggakannya.
Kesimpulan: Cinta Tanah Air Lewat Cara yang Mereka Mengerti
Nasionalisme tidak akan pernah ketinggalan zaman — yang perlu disesuaikan adalah cara menyampaikannya. Di zaman yang serba digital ini, kita tidak bisa hanya mengandalkan cara-cara lama. Perlu pendekatan yang relevan, menyentuh, dan sesuai dengan dunia siswa.
Mari tumbuhkan nasionalisme bukan hanya lewat hafalan, tapi lewat aksi nyata, pengalaman berkesan, dan ekspresi yang dekat dengan mereka.