Transformasi P5 ke PJBL, Pendidikan Kontekstual yang Relevan dengan Alam dan Karakter Bangsa
- Citra Alam 
- 9 Jul
- 2 menit membaca

Dalam dinamika dunia pendidikan yang terus berkembang, pendekatan pembelajaran juga mengalami transformasi. Salah satunya adalah pergeseran dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) menuju pendekatan yang lebih luas dan fleksibel, yakni Project-Based Learning (PJBL).
Meski berbeda istilah, keduanya memiliki semangat yang sama: membentuk peserta didik yang berkarakter kuat, berdaya cipta, dan mampu berkontribusi dalam kehidupan nyata.
Apa Itu P5 dan Mengapa Berubah Menjadi PJBL?
P5 adalah program dari Kurikulum Merdeka yang bertujuan memperkuat karakter pelajar sesuai nilai-nilai Pancasila melalui proyek tematik. Namun, dalam pelaksanaannya, banyak sekolah menghadapi tantangan dalam menyelaraskan topik proyek dengan konteks lokal dan kebutuhan nyata.
Karena itu, pendekatan PJBL hadir sebagai solusi yang lebih fleksibel. PJBL menekankan pada belajar melalui proyek nyata, di mana siswa terlibat aktif dari proses perencanaan, eksplorasi masalah, pencarian solusi, hingga hasil akhirnya.
Perubahan ini bukan menghapus semangat P5, tetapi mengembangkan ruang gerak pembelajaran agar lebih kontekstual, kolaboratif, dan relevan dengan dunia nyata.
Relevansi PJBL dengan Konsep “Citra Alam”
Salah satu nilai penting yang bisa dikembangkan melalui PJBL adalah kesadaran terhadap lingkungan dan alam sekitar. Konsep Citra Alam sangat relevan untuk dijadikan tema proyek pembelajaran karena menyentuh aspek:
✅ Kepekaan lingkungan – siswa diajak memahami ekosistem lokal, menjaga kelestarian alam, dan menciptakan solusi berbasis kearifan lokal.
✅ Kreativitas dari alam – melalui proyek seni, kerajinan, atau teknologi sederhana berbahan alam, siswa dilatih untuk menghargai dan memanfaatkan sumber daya secara bijak.
✅ Karakter dan spiritualitas – alam sebagai media pembelajaran juga bisa membentuk karakter seperti tanggung jawab, rasa syukur, dan kepedulian.
Contoh penerapan PJBL bertema “Citra Alam” di sekolah:
- Pelatihan keramik dan gerabah: mengenalkan tanah sebagai sumber seni sekaligus warisan budaya. 
- Melukis batik atau kaos bertema flora-fauna lokal: menggabungkan ekspresi seni dan cinta lingkungan. 
- Proyek konservasi tanaman sekolah: integrasi biologi, seni, dan kesadaran ekologis. 
- Kegiatan outbond edukatif di alam terbuka: membangun kerja tim dan kesadaran akan kekuatan serta keindahan alam. 
Kesimpulan: Pendidikan yang Mengakar dan Mencerahkan
Perubahan dari P5 ke PJBL bukan sekadar pergeseran istilah, melainkan peluang untuk membangun pendidikan yang lebih bermakna, kontekstual, dan membumi. Dengan mengangkat tema Citra Alam, sekolah bisa menanamkan nilai-nilai karakter, kreativitas, dan kepedulian lingkungan dalam jiwa peserta didik.
Mari jadikan alam sebagai guru sejati, dan proyek sebagai jembatan antara pengetahuan dan kehidupan nyata. PJBL bukan sekadar tugas proyek, tapi pengalaman belajar yang mengubah cara pandang dan cara hidup.










