90 tahun sudah sejak para pemuda-pemudi berikrar dalam Kongres Pemuda ke-2 yang momentumnya hingga kini dikenal sebagai Hari Sumpah Pemuda. Mulai saat itu, banyak sekali hal yang mewarnai perjalanan Indonesia. Perjuangan mengusir penjajahan sampai diraihnya kemerdekaan, berbagai upaya untuk tetap mempertahankan kemerdekaan serta dimulainya pembangunan di segala bidang. Seiring berjalannya waktu, terciptalah generasi-generasi yang menjalankan dan meneruskan pembangunan di negeri ini. Perjalanan dalam mengisi kemerdekaan itu juga mengalami berbagai perkembangan zaman bersamaan dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat. Namun demikian kobaran semangat persatuan yang dilahirkan dari Sumpah Pemuda, seolah takkan pernah padam.
“Pemuda adalah generasi bangsa, lahirnya sumpah pemuda adalah tiang kokoh bagi perjuangan bangsa saat itu. Lantas apa yang harus dilakukan pemuda zaman now bagi NKRI yang telah merdeka?” Itulah pertanyaan Maria, mahasiswa Universitas Artha Wacana, Kupang dalam komentarnya pada postingan tentang sumpah pemuda di sebuah akun sosial media.
“Sejatinya pemuda zaman sekarang harus bisa melawan penggunaan narkoba, memerangi korupsi, dan menolak paham radikal,” lanjut Maria yang juga menjelaskan bahwa Sumpah Pemuda adalah awal bersatunya para pemuda setanah air yang merasa senasib dalam menghadapi penjajahan. Menurut Maria, semangat membara untuk bersatu mengusir penjajah itulah yang harus diteruskan oleh generasi muda sekarang ini.
Jika melihat kembali sejarahnya, Sumpah Pemuda merupakan tonggak terbentuknya bangsa Indonesia yang memiliki keinginan luhur untuk terbebas dari penjajahan. Tekad kuat bersatu melawan penjajahan itu tertuang dalam ikrar yang dihasilkan pada kongres pemuda kedua. Peserta kongres adalah perwakilan organisasi pemuda dari seluruh wilayah di Indonesia seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Batak, termasuk perwakilan dari Papua. Ikrar berbunyi : Pertama, Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kedua, Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia. Ketiga, Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Selain menghasilkan ikrar yang oleh para pemuda disebut sebagai Sumpah Setia, ada semangat Indonesia Raya dalam kongres pemuda itu dengan diperdengarkannya lagu Indonesia Raya karya WR. Supratman. Lagu yang kini menjadi Lagu Kebangsaan tersebut untuk pertama kalinya dimainkan dengan biola tanpa syair. Semangat Indonesia Raya itulah yang menjadi bekal perjuangan menuju negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Selanjutnya pada tahun 1959, pemerintah menetapkan tanggal 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda.
Berbagai ajakan agar para pemuda menjadi pemersatu bangsa banyak disampaikan dalam channel sosial media twitter berhastag #sumpahpemuda2018 . “Semangat pemuda sekarang berjuang mewujudkan cita-cita dan menjadikan negeri ini tetap damai walau berbeda-beda,” yang diposting seorang siswa SMA bernama Ermanto. Selain itu pemilik akun bravolima arie dalam akunnya mengajak untuk terus menjaga toleransi, budaya dan kebhinekaan NKRI. Ada juga musisi Addie MS yang mengibaratkan bangsa Indonesia seperti orkes besar yang terdiri dari beragam instrumen, ada yang digesek, dipetik, ditiup dan dipukul. Namun dari perbedaan cara memainkan alat musik tersebut bisa menghasilkan 1 kesepakatan hingga menjadi kekuatan yang dahsyat.
Ikrar Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda terbukti berhasil merekatkan bangsa Indonesia dalam satu atap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan terus mengobarkan semangat persatuan dalam Sumpah Pemuda, berarti kita sebagai generasi penerus sudah ikut berperan serta menjaga kesatuan dan persatuan. Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika sudah lebih dari cukup untuk menjadi pedoman dalam menjaga kesatuan dan persatuan itu demi cita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia adil dan makmur.
*)dari berbagai sumber
Comentarios